![]() |
Muttaqin dan Keluarga |
PKSDEPOK, DEPOK - Setelah menyusuri daerah Limo, rupanya rumah Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Depok ini terbilang mudah untuk dicari. Pohon yang rindang dan tuan rumah yang ramah membuat siapa saja ingin lama-lama berbincang. Saat memasuki ruang tamu, ada 1 figura besar memajang foto keluarga besar Muttaqin. Yusi, istri tercinta, menceritakan bahwa mereka telah dikaruniai 6 orang anak yang memiliki karakteristik unik. Keunikan inilah yang membuat mereka mengisi satu sama lain dan saling merindu ketika berpisah.
Yusi menceritakan bahwa dulu keluarga besarnya memiliki waktu yang luang untuk makan bersama di luar atau sekedar jalan-jalan. Tempat makan favorit mereka adalah warung tenda. “Sekarang anak-anak sudah besar, bahkan juga ada yang kuliah di Turki. Jadi kami sudah jarang keluar rumah bersama,” ujarnya. Awalnya anak pertama Yusi kuliah di Damaskus jurusan Syariah. Namun karena terjadi perang, Yusi sangat mengkhawatirkan keselamatan anak laki-laki pertamanya itu. Akhirnya ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan kuliah di Cianjur yang juga merupakan kampus yang berafiliasi dengan kampusnya di Damaskus. “Alhamdulillah, kakak sudah hafidz di depan hafidz yang memiliki sanad langsung dengan Rasulullah,” ceritanya sambil berkaca-kaca. Yusi juga menunjukkan figura berisi sanad Rasulullah yang jauh sampai pada anaknya. Sebagai ibu, ia merasa bangga memiliki anak seorang penghapal Quran.
Lalu anak kedua mereka tengah menempuh kuliah di jurusan matematika UI semester 4. “Kakak yang kedua ini satu-satunya yang ngambil kuliah jurusan umum, yang lainnya tentang agama,” katanya sambil tertawa. Yusi dan Muttaqin tidak pernah memaksa anak-anaknya harus kuliah di jurusan agama. Tapi satu yang mereka tanamkan pada anak-anak adalah menjadi penghapal al quran apapun kuliah yang akan mereka ambil. “Alhamdulillah, kakak yang kedua ini hapalannya sudah 4 juz,” imbuh Yusi. Selain kuliah, anak kedua mereka ini juga menjadi guru privat. Saat tidak ada jadwal mengajar privat, ia pasti akan menyempatkan untuk membantu adik-adiknya belajar.
Lain halnya dengan anak ketiga mereka yang baru saja diterima kuliah di jurusan agama di Turki. Alumni As Syifa ini tidak hanya mendapat beasiswa kuliah, tapi juga beasiswa asrama dan makan. Jarak yang jauh tidak membuat Yusi dan Muttaqin terkendala dalam komunikasi, “Kami sering menelpon untuk menanyakan kabar dan mengecek hapalannya. Alhamdulillah hapalannya sudah 5 juz.”
Yusi menceritakan bahwa ke enam anaknya terlahir seperti 2 gelombang, “Anak pertama sampai ketiga sudah kuliah. Sedangkan anak keempat sampai keenam masih SMP dan SD. Dulu sempet ada jeda pas ngelahirin anak keempat.” Alhamdulillah anak ke empat yang sedang pesantren di Darul Quran Serpong ini juga sudah hapal 5 juz.
Buah hati mereka yang kelima dan enam masih duduk di Sekolah Dasar. Hapalannya pun tak mau kalah dengan kakak-kakaknya. Sekitar 3 hingga 4 juz sudah mereka hapal. Kami yang mendengarkan kisah anak-anak mereka lantas penasaran bagaimana cara Muttaqin dan Yusi mendidik ditengah kesibukkan mereka mengurus umat. Yusi dengan senyuman hangatnya menjawab, “Alhamdulillah anak-anak sudah paham dan mengikhlaskan ibu bapaknya bekerja untuk yang lain. Siapa yang menolong agama Allah, Allah akan menolong kita. Kalau kita berdakwah, maka Allah yang akan menjaga keluarga.”
Sangat penting membangun pondasi saat mendidik anak, itulah kunci yang Yusi sampaikan. Saat hamil, Yusi sering tilawah Quran. Begitu juga dengan Muttaqin. Ia sering tilawah disamping istri tercinta saat hamil dengan tujuan membentuk anak saat masih dalam kandungan, “Pas sudah besar-besar, kelihatan nih anak-anak yang sering dibacain Quran dan yang agak jarang. Yang sering dibacain Quran lebih mudah menghapal Quran saat besar,” kenangnya.
Keluarga besarnya ini juga memiliki whatsapp group sebagai tempat saling bercerita. “Kami juga ada english day jadi satu hari itu khusus berbicara pakai bahasa inggris. Ketahuan banget saya yang bahasa inggrisnya paling engga lancar,” ceritanya sambil tertawa. Yusi berpesan pada ibu dan calon ibu untuk menguatkan ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Dulu ia sering mengendong anaknya yang masih kecil sambil menggendong anaknya yang lain atau membawa belanjaan dari pasar. “Angkutan juga masih susah. Jalanan tidak seramai saat ini.” Saat ini serba lebih mudah, “Karenanya jadi akhwat itu harus tahan banting,” pesannya. (ccm)
Keluarga besarnya ini juga memiliki whatsapp group sebagai tempat saling bercerita. “Kami juga ada english day jadi satu hari itu khusus berbicara pakai bahasa inggris. Ketahuan banget saya yang bahasa inggrisnya paling engga lancar,” ceritanya sambil tertawa. Yusi berpesan pada ibu dan calon ibu untuk menguatkan ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Dulu ia sering mengendong anaknya yang masih kecil sambil menggendong anaknya yang lain atau membawa belanjaan dari pasar. “Angkutan juga masih susah. Jalanan tidak seramai saat ini.” Saat ini serba lebih mudah, “Karenanya jadi akhwat itu harus tahan banting,” pesannya. (ccm)
Posting Komentar