
Genderang perang telah dikumandangkan. Perbekalan telah disiapkan. Strategi telah diatur. Kini, saatnya mengoptimalkan peran agar siap berlaga di medan juang hingga kelak kemenangan yang dijanjikan-Nya pun datang.
Pesta demokrasi terbesar bangsa ini tinggal menghitung hari. Ya, pemilu 9 April 2014 sudah di depan mata. Semakin dekat dengan hari H, semakin banyak pula polemik yang terjadi. Mulai dari artikel-artikel berisi sumpah serapah, isu-isu selebaran berisi fitnah, politik uang, ajakan golput, dan tindakan black campaign lainnya.
Fenomena ini disadari betul oleh Ketua DPD PKS Depok, Ustadz Supariyono. Beliau sebagai qiyadah tidak menginginkan kader-kadernya melempem, lengah, atau mundur dalam memainkan perannya melawan kebathilan. Beliau menginginkan agar kita bersatu padu merebut kemenangan.
“Ikhwah fillah, mari kita eratkan genggaman tangan, rapatkan barisan, dan satukan tujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi bangsa yang kita cintai, bangsa Indonesia. Apa yang kita lakukan bukanlah mencari kekuasaan semata, melainkan menyelamatkan bangsa dari tangan-tangan tiran yang rakus dan gelap mata. Apa yang kita lakukan adalah meniti jalan surga-Nya. Biarlah mereka berkata tentang kita sesuai kehendak hati mereka karena tak ada gunanya mendebat orang-orang yang membenci kebenaran.”
“Ikhwah fillah, sebentar lagi pemilu tiba. Mari lanjutkan program-program dakwah kita. Program-program dakwah yang dibingkai dengan tiga senyawa, yakni cinta, kerja, dan harmoni. Dengan cinta, kerja, dan harmoni mari lanjutkan Gerakan Silaturahim (GeSit) kita. Tahukan antum, di luar sana banyak yang mencemooh strategi GeSit kita? Menganggap apa yang kita lakukan sia-sia dan tidak akan berhasil dalam mendulang suara. Kembali saya tegaskan, biarlah mereka berkata tentang kita sesuai kehendak hati mereka. Cukuplah Allah saja yang menilai kerja-kerja kita. Cukuplah Allah saja yang menetukan hasil akhir bagi kita. Kemenangan nyata atau kesabaran yang harus ditempa, hingga surga-Nya berhak untuk kita.”
“Ikhwah fillah, masih ada waktu untuk GeSit. Mari, kita lakukan bersama-sama. Bersama membuka mata, telinga, dan hati kita agar melihat, mendengar dan merasa lebih peka. Bersama membuka pintu rumah agar tetangga dan saudara-saudara kita bisa masuk dan mengadukan perkaranya. Bersama mengetuk pintu rumah tetangga dan saudara-saudara kita agar lebih dekat dan tepat dalam membantu mereka. Bersama membuka gadget untuk menghubungi relasi yang terpisah jarak dengan kita. Jangan sampai ada yang terlewat. Jangan sampai ada yang tak tersapa. Jangan sampai ada yang masih memendam luka. Datangi, sapa, dan sentuh hati mereka dengan cinta kita yang tulus tanpa berharap fulus. Kenapa? Karena kita butuh suara dan bantuan mereka. Kita butuh mereka untuk sama-sama berjuang menegakkan keadilan dan kesejahteraan di bumi Indonesia tercinta.”
“Terakhir, ikhwah fillah. Mari kita luruskan niat karena Allah semata. Mintalah kekuatan, pertolongan, dan kemenangan dari-Nya karena hanya dari-Nya semua berawal, tercipta, dan berakhir. Moga Allah ridhai kerja-kerja dakwah kita dan menjadikannya hujjah dihadapn-Nya kelak. Selamat berjuang sampai titik darah penghabisan, Saudaraku. Salam cinta, kerja, dan harmoni untuk Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.” (Rf/ccm)
Posting Komentar